MISA RABU ABU BERSAMA SD SMP DAN SMA BUDI MULIA MANGGA BESAR

MISA RABU ABU BERSAMA SD SMP DAN SMA BUDI MULIA MANGGA BESAR

MISA RABU ABU BERSAMA SD SMP DAN SMA BUDI MULIA MANGGA BESAR

Rabu Abu adalah hari pertama masa Prapaskah dalam liturgi tahunan gerejawi.  Di hari itu, umat Katolik wajib melakukan puasa dan pantang sebagai tanda perkabungan, pertobatan, dan merendahkan diri menuju kemenangan kebangkitan Kristus. Hari tersebut ditentukan jatuh pada hari Rabu, 40 hari sebelum hari Paskah tanpa menghitung hari-hari Minggu, atau 44 hari (termasuk hari Minggu) sebelum hari Jumat Agung.

Nama Rabu Abu berasal dari pengolesan abu pertobatan di dahi para jemaat disertai dengan ucapan "Bertobatlah dan percayalah pada Injil" atau diktum "Ingatlah bahwa engkau adalah debu, dan engkau akan kembali menjadi debu". 

Abu tersebut dipersiapkan dengan membakar daun palem dari perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya. 

Pada hari itu, umat yang datang ke Gereja dahinya diberi tanda salib dari abu sebagai simbol upacara ini. Simbol ini mengingatkan umat akan ritual Israel kuno saat seseorang menabur abu di atas kepalanya atau di seluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan, dan pertobatan.

Dalam Mazmur 102:10 penyesalan juga digambarkan dengan "memakan abu":

"Sebab aku makan abu seperti roti, dan mencampur minumanku dengan tangisan."

Sering kali pada hari Rabu Abu, bacaan di Gereja diambil dari Alkitab bagian kitab 2 Samuel 11-12, perihal raja Daud yang berzinah dan bertobat.

Banyak orang Katolik menganggap hari Rabu Abu sebagai hari untuk mengingat kefanaan seseorang. 

Pada hari itu, umat Katolik berusia 18–59 tahun diwajibkan berpuasa, dengan batasan makan kenyang paling banyak satu kali, dan berpantang.

Komentar

Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar